Selasa, 24 April 2012

Konsep proses, Dokumentasi dan Berfikir kritis dalam Proses Keperawatan,


1.     Proses Keperwatan
-          Pengertian Keperawatan
Pengertian Penerapan Proses Keperawatan menurut Yura dan Wals (1983) suatu metodre yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnotis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implemetasi tindakan keperawatan, serta evaluasi.

Sementara menurut Carol V.A (1991) proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengakaji respon manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tesebut. Proses keprawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam menggurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien.

Berdasarkan Definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan terkait dengan proses keperawatan antara lain;

1. Proses keperawatan merupakan bagian integral dari praktik keperawatan yang membutuhkan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan. pengambilan keputusan ini harus dilandaskan pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan serta prinsip-prinsip Biologis,psikologis, sosial dan spiritual
-         
2. Proses keperawatan adalah, suatu metode yang terorganisir dan sistematis dalam pemberian asuhan keprawatan kepada klien, yang berfokus pada respon manusia-baik sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat-karena adanya ganguan kesehatan aktual maupun potensial

3. Proses keperawatan dilakukan secara sistematis dan ilmiah sesuai dengan kondisi klien, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, yang mengacu pada teori dan konsep keperawatan.

4. Proses keperawatan dikatakan sebagai proses atau metode ilmiah, karena merupakan suatu upaya untuk melaksakan hal tertentu yang umumnya mencakup beberapa langkah guna mencapai satu hasil. langkah atau tahapan pada proses perawatan meliputi pengakjian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.





2.     Tujuan proses keperawatan
Tujuan
Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan adalah:
1.Untuk mempraktekkan suatu metoda pemecahan masalah dalam praktek keperawatan.
2.Sebagai standar untuk praktek keperawatan.
3.Untuk memperoleh suatu metoda yang baku, sistematis, rasional, serta ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Untuk memperoleh suatu metoda dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang siklus kehidupan.
5.Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu.
3.     Proses keperawatan sebagai sistem
4.     Sifat proses keperawatan
Sifat Proses Keperawatan
1.    Dinamis : bahwa proses keperawatan dapat dirubah sesuai dengan situasi, kondisi serta kebutuhan pasien sebagai manusia yang unik.
2.    Siklus : Proses kep berjalan siklus, artinya bahwa tahap pertama selalu mendahului tahap kedua, demikian juga selanjutnya. Bila dalam evaluasi belum mencapai tujuan askep yang diharapkan, maka kembali pada tahap pertama dan seterusnya.
3.    Interdependen : Bahwa proses keperawatan, saling ketergantungan antara tahap-tahap dalam proses kep.
4.    Fleksibel : Bahwa proses kep, mempunyai sifat yang luwes, tidak kaku karena tingkah laku, mental , emosi dapat berubah sesuai situasi dan kondisi. 
** BERFIKIR KRITIS
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapat dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Menurut Halpen (dalam Achmad, 2007) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. R. Matindas (dalam Sarwono, 2009) menyatakan bahwa:
“Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untukmengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan”.


Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
2. Komponen model berfikir kritis
      1.   Feeling Model
      Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
      2.   Vision Model
      Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.

      3.   Examine Model
      Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.

3. dasar pengetahuan khusus
1. Dasar Pengetahuan khusus
Komponen pertama berfikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus seorang profesional. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan profesi yang dijalani dan  pendidikan tambahan yang harus dicari maupun ditempuh.
2. Pengalaman
Pengalaman memberikan suatu sarana untuk menguji pengetahuan keprofesionalan . seorang professional harus mengetahui bahwa pendekatan teori mempunyai landasan kerja yang penting untuk praktik tetapi harus dibuat modifikasi untuk merangkul lingkungan kerja, kualitas keunikan yang ada. Kompetensi dalam pemikiran kritis adalah proses kognitif yang digunakan profesional untuk membuat penilaian tentang profesionalisme itu sendiri.
Kompetensi berfikir kritis dibagi menjadi 3
a. Kompetensi Umum
b. Kompetensi Khusus dalam situasi kerja
c. Kompetensi khusus dalam keprofesionalan
3. Sikap
Sikap adalah adalah nilai yang diyakini terbentuk dalam bentuk pemikiran yang termanifestasi dalam sebuah tindakan.
4. Tanggung gugat
Tanggung gugat adalah kesiapan seorang profesional mengalami tanggung gugat untuk apapun penilaian  yang dibuatnya atas nama pekerjaan  terhadap segala sesuatu tindakanya atau keputusannya.
5. Berfikir mandiri
Berfikir Mandiri adalah inti dari riset ,untuk dapat berfikir mandiri seseorang profesional  akan berfikir dan mencari rasional serta jawaban yang logis.
6. Mengambil Resiko
Seorang profesional harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima pemikiran baru dan maju, Perlu dibutuhkan keyakinan dan niat serta kemauan untuk mengambil resiko apa yang salah dan dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan  yang didukung fakta dan bukti yang kuat.
7. Kerendahan Hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri, pemikir kritis mengetahui ersiko yang timbul dari sebuah keputusan maupun situasi jika profesional tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah yang muncul maka bias dipastikan strateginya akan mengalami kegagalan. Seorang profesional harus memikirkan kembali  untuk mencari pengetahuan baru, mencari sumber informasi yang lain.
8. Integritas
Integritas pribadi membangun ras percaya diri  , seorang profesional yang mempunyai integritas dengan cepat akan berkeinginan mengakui dan mengevaluasi segala ketidak konsistenan dalam ide dan keyakinanya.
9. Ketekunan
Profesional yang berfikir kritis bertekad menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi konflik terkait dengan profesionalisme , Profesional belajar sebanyak mungkin mengenali masalah yang mungkin timbul dari profesinya .
10. Kreatif
Kreatifitas mencakup berfikir original, hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang dilakukan secara tradisonal.
Komponen standar  dalam berfikir kritis mencakup standar intelektual dan profesional.             ( Paul, 1993).
Diterbitkan di: 15 April, 2008   
Standart Intelektual

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut  untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005).
Supaya bisa berfikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian  yang terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berfikir, berfikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan, dengan cermat menggali situasi dengan cara mengajukan pertanyaan  dan menjawab dengan relevan, berfikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide  dan mencapai kesimpulan yang berguna, mendiskusikan ide kedalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan  menggali ide dengan orang lain. Sebagai seorang profesional berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh membiarkan berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah  dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain. Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas  dari sebuah proses berfikir dan belajar
Komponen  Berfikir Kritis
1. Dasar Pengetahuan khusus
Komponen pertama berfikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus seorang profesional. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan profesi yang dijalani dan  pendidikan tambahan yang harus dicari maupun ditempuh.
2. Pengalaman
Pengalaman memberikan suatu sarana untuk menguji pengetahuan keprofesionalan . seorang professional harus mengetahui bahwa pendekatan teori mempunyai landasan kerja yang penting untuk praktik tetapi harus dibuat modifikasi untuk merangkul lingkungan kerja, kualitas keunikan yang ada. Kompetensi dalam pemikiran kritis adalah proses kognitif yang digunakan profesional untuk membuat penilaian tentang profesionalisme itu sendiri.
Kompetensi berfikir kritis dibagi menjadi 3
a. Kompetensi Umum
b. Kompetensi Khusus dalam situasi kerja
c. Kompetensi khusus dalam keprofesionalan
3. Sikap
Sikap adalah adalah nilai yang diyakini terbentuk dalam bentuk pemikiran yang termanifestasi dalam sebuah tindakan.
4. Tanggung gugat
Tanggung gugat adalah kesiapan seorang profesional mengalami tanggung gugat untuk apapun penilaian  yang dibuatnya atas nama pekerjaan  terhadap segala sesuatu tindakanya atau keputusannya.
5. Berfikir mandiri
Berfikir Mandiri adalah inti dari riset ,untuk dapat berfikir mandiri seseorang profesional  akan berfikir dan mencari rasional serta jawaban yang logis.
6. Mengambil Resiko
Seorang profesional harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima pemikiran baru dan maju, Perlu dibutuhkan keyakinan dan niat serta kemauan untuk mengambil resiko apa yang salah dan dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan  yang didukung fakta dan bukti yang kuat.
7. Kerendahan Hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri, pemikir kritis mengetahui ersiko yang timbul dari sebuah keputusan maupun situasi jika profesional tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah yang muncul maka bias dipastikan strateginya akan mengalami kegagalan. Seorang profesional harus memikirkan kembali  untuk mencari pengetahuan baru, mencari sumber informasi yang lain.
8. Integritas
Integritas pribadi membangun ras percaya diri  , seorang profesional yang mempunyai integritas dengan cepat akan berkeinginan mengakui dan mengevaluasi segala ketidak konsistenan dalam ide dan keyakinanya.
9. Ketekunan
Profesional yang berfikir kritis bertekad menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi konflik terkait dengan profesionalisme , Profesional belajar sebanyak mungkin mengenali masalah yang mungkin timbul dari profesinya .
10. Kreatif
Kreatifitas mencakup berfikir original, hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang dilakukan secara tradisonal.
Komponen standar  dalam berfikir kritis mencakup standar intelektual dan profesional.             ( Paul, 1993).
Hubungan Proses Keperawatan Menjadi Model Untuk Berfikir kritis
Dorothea E. Orem pendidikan sekolah perawatan di rumah sakit Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930. Lulus Master tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas Katolik di Amerika selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat tugas pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970).
  1. Tahun 1958- 1959 sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada bagian pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada proyek pelatihan keperawatan
  2. Tahun 1959 konsep perawatan Orem dipublikasikan pertama kali
  3. Tahun 1965 bergabung dengan Universitas Katolik di Amerika membentuk model teori keperawatan komunitas
  4. Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang perawatan dan disiplin keperawatan
  5. Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa
  6. Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik Amerika tentang teori keperawatan
  7. Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971).
  8. Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi pertama diperluas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
  9. Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang tiga teori, yaitu ; Theory self care, theory self care deficit, theory system keperawatan.

Pengertian

Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah :
"Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit " (Orem's, 1980).
Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.

Teori Sistem Keperawatan Orem

Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic sesuai dengan kebutuhan
Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadaannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
  1. Pemeliharaan intake udara
  2. Pemeliharaan intake air
  3. Pemeliharaan intake makanan
  4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
  5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
  6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
  7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
  8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai dengan potensinya.
2. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.
Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif
Teori self care deficit diterapkan bila :
  1. Anak belum dewasa
  2. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
  3. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya.
Nursing system ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
  1. The Wholly compensatory system
    Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan.
  2. The Partly compensantory system
    Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
  3. The supportive - Educative system
    Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
  4. Metode bantuan :
    Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :
    1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
    2. Mengajarkan klien
    3. Mengarahkan klien
    4. Mensupport klien

Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

Keyakinan dan nilai - nilai

Kenyakianan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
  1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.
  2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembangan.
  3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
  4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi dan perkembangan.

Tiga kategori self care

Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :
  1. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah :
    1. Pemeliaharaan kecukupan intake udara
    2. Pemeliharaan kecukupan intake cairan
    3. Pemeliaharaan kecukupan makanan
    4. Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat
    5. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia
    6. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi.
    7. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
  2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungn dengan tingkat perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
  3. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.

Tujuan

Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :
  1. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
  2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
  3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
Jika ketiganya ditas tidak tercapai perawat secara langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah :
  1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik
  2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri
  3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus Asuhan Keperawatan pada model orem's yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah :
  1. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga
  2. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
  3. Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi
  4. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.

Tingkat Berfikir Kritis ditinjau dari Proses Keperawatan (Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Tindakan, Evaluasi)
Berpikir Kritis dalam Asuhan Keperawatan
a.      Pendekatan Berpikir Kritis Untuk Pengkajian
Dalam lingkungan perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus mampu memecahkan masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti bahwa perawat harus mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat penilaian kritis.
Penting artinya bagi perawat untuk belajar berpikir secara kritis tentang apa yang harus dikaji. Penilaian mandiri tentang kapan pertanyaan atau pengukuran diperlukan adalah dipengaruhi oleh pengetahuan  dan pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).
b.      Berpikir Kritis dan Proses Diagnostik Keperawatan
Berpikir kritis adalah pemeriksaan data, pengumpulan informasi dari literatur, pengorganisasian pengamatan, dan penelitian atas pengalaman masa lalu (Bandman & Bandman, 1995). Penggunaannya dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah penting. Pada saat asuhan keperawatan meluas ke dalam berbagai lingkungan perawatan kesehatan, makin banyak aspek berpikir kritis diperlukan dalam pertimbangan dan penilaian diagnostic (Gordon, 1994).
Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah-langkah pembuatan keputusan yang digunakan perawat untuk mengembangkan pernyataan diagnostik (Carnevali, 1984; Carnevali & Thomas, 1993). Proses ini mencakup analisis dan interpretasi data pengkajian, identifikasi masalah, dan merumuskan diagnosa keperawatan.
c.         Berpikir Kritis dan Merancang Intervensi Keperawatan
Memilih intervensi keperawatan yang sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulechek & McCloskey, 1990). Perawat secara kritis mengevaluasi data pengkajian, prioritas, pengetahuan, dan pengalaman untuk memilih tindakan yang akan secara berhasil memenuhi tujuan dan hasil yang diperkirakan yang telah ditetapkan (Gordon, 1994; Gordon et al, 1994).
d.      Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengimplementasian Intervensi Keperawatan
Perawat membuat dua jenis keputusan yang besar dalam proses keperawatan. Proses diagnostik menentukan kekuatan dan masalah klien saat pembuatan konklusi pengkajian dan sepanjang fase diagnostic (Bandman & Bandman, 1994; Mc Farland dan Mc Farlane, 1989). Perawat kemudian menggunakan pendekatan metodis, sistematis, yang didasarkan pada riset untuk merencanakan dan memilih intervensi yang sesuai (Bulechek & McCloskey, 1995; Gordon, 1987, 1994).
Peserta didik harus cermat memilih intervensi yang dirancang untuk mencapai hasil yang diharapkan dan mengetahui perbedaan antara intervensi perawat dan intervensi dokter.
e.        Revisi Rencana Perawatan dan Berpikir Kritis
Sejalan dengan telah dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan telah terpenuhi dengan baik, bagian dari rencana asuhan tersebut dihentikan. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk mengaktifkan kembali urutan dari proses keperawatan. Setelah perawat mengkaji klien kembali, diagnosa keperawatan dapat dimodifikasi atau ditambahkan dengan tujuan, hasil yang diharapkan sesuai, dan intervensi ditegakkan. Perawat juga menetapkan kembali prioritas. Hal ini merupakan langkah penting dalam berpikir kritis mengetahui bagaimana klien mengalami kemajuan dan bagaimana masalah dapat teratasi atau memburuk. Perawat dengan cermat memantau dan deteksi dini terhadap masalah adalah pertahankan garis depan klien (Benner, 1984).
      Aspek-Aspek Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :
1)      Relevance
      Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2)      Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3)      Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4)      Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (refrence).
5)      Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6)      Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7)      Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
8)      Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
9)      Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam penerapan
10)  Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a.       Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b.      Analisa argument (analysis arguments)
c.       Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
d.      Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar